Katanya kalau orang pintar, kemungkinan untuk sukses lebih kecil dibanding orang yang gak terlalu pintar. Kenapa bisa begitu? Karena orang yang pintar katanya banyak pertimbangannya, alhasil gak jalan-jalan.
Ketika ada kesempatan muncul, orang pintar sibuk menganalisa, mempertimbangkan banyak hal, memikirkan ini dan itu dan yang pada akhirnya kesempatan itu lewat atau mungkin sengaja dilewatkan.
Pertimbangan memang sangat perlu tapi yang lebih penting adalah bertindak, take action.
Tuntutan “Yang Paling Sempurna”
Meskipun tidak pintar-pintar banget, saya pun begitu. Mikirnya panjang lebar kemana-mana. Ujungnya gak mulai-mulai.
“Kenapa sih gue gak maju-maju karena kebanyakan mikir?”. Nah mulai senewen sendiri nih ceritanya.
Ternyata kebiasaan itu datang dari pengalaman pribadi dan lingkungan saya dulu. Saya akhirnya sadar kalau saya besar di lingkungan yang menomorsatukan “yang paling sempurna”.
Jika tidak sempurna maka saya secara emosional akan menerima tekanan. Bisa dibilang kerja gak becus lah, malas, atau asal-asalan.
Akibat tekanan itulah kemudian membiasakan otak ini untuk memikirkan banyak hal agar supaya tidak menerima tekanan emosional tadi.
Pengalaman itu kemudian bertansformasi menjadi kebiasaan. Dan lagi merubah kebiasaan itu sulit loh.
The Beauty of The Flaw
Akhirnya seiring berjalan waktu, setidaknya dua prinsip yang saya pegang.
Pertama, kita gak bisa memuaskan semua orang. Standar bagus atau sempurna tiap-tiap orang itu berbeda. Sehingga penting untuk memilih pihak mana yang akan kita berikan hasil terbaik dari kerja kita.
Kedua, gak bakalan ada yang benar-benar sempurna kalo gak dimulai. Bagian terbaik dari suatu ide atau pemikiran itu tindakan, hasil nyata. Ketika memulai kemungkinan besar hasilnya tidak akan sempurna.
Saya malah akan cukup bangga jika ada “noda”. Jadi ingat iklan Rinso, gak ada noda gak belajar.
Dari noda atau yang tidak sempurna itu kita belajar, kita evaluasi.
Sempurna = Repetisi
Jadi pengamatan saya adalah untuk sempurna itu hanya soal repetisi atau pengulangan. You are not lose until you out of the game.
Artinya apa? Kita tidak kalah selama kita masih jadi pemain. Jangan berhenti terlalu cepat.
Katanya untuk bisa menjadi mahir di suatu bidang kita hanya perlu waktu 10.000 jam.
Yang namanya manusia pasti ada saja capek nya. Itu wajar. Tidak ada salahnya rehat sejenak. Lalu ya mulai lagi.
Sekarang
Ada masa-masa ketika saya merasa, kenapa gak dari dulu ya? Kenapa baru mulai sekarang?
Ya semua orang tau waktu itu gak bisa balik dan penyesalan selalu ada di akhir, iya gak.
Belajar dari pengalaman saya, gak butuh tau semua baru bisa mulai.
Cuma butuh berani dan ya mulai. Tidak masalah kalo tidak sempurna, seiring berjalan waktu perbaiki. Jangan cepat berhenti.
Memang perlu waktu, tapi jangan buru-buru berhenti.