Nyatanya Risiko Pekerjaan Dan Jabatan

Baru-baru ini saya dipanggil menghadap atasan.

Alasannya, karena selembar surat tentang Konfirmasi Keterlambatan Pelaporan…dst.

Waduh, kena lagi.

Menjadi seorang compliance officer terkadang ada saatnya tidur jadi tidak tenang. Kenapa? Ya karena kepikiran kerjaan. Misalnya, apa ada laporan yang belum terkirim? Apa ada email dari SRO atau OJK yang belum direspon? Apa ada permintaan data yang harus dikirim sebelum deadline? Apa ada peraturan baru yang belum disesuaikan dengan SOP?

Dan yang menjadi mimpi buruk adalah ketika ditemukan ada kewajiban pelaporan yang belum di submit.

Yang dibayangin pertama adalah sanksi atau denda, kedua dimarahin atasan.

Denda atau sanksi-nya memang tidak main-main, aturan OJK terbaru jumlah denda akibat keterlambatan berkisar Rp200ribu sampai Rp1juta per hari (POJK No. 3/POJK.04/2021). Ngeri ya.

Tiba-tiba perut langsung mules ketika saya menemukan bahwa jumlah hari keterlamabatan pelaporan adalah sebanyak 128 hari. Jadi kira-kira total denda itu sekitar Rp25 juta.

Tambah mules lagi lah nih perut.

Sudah tentu angka itu bukanlah angka yang kecil. Berat memang untuk memberanikan diri masuk ke ruangan atasan, lalu mengaku dosa atas keterlambatan pelaporan ini dan menginformasikan jumlah dendanya.

Dalam pekerjaan atau karir pasti ada saja kesalahan. Kita mungkin bisa membela diri, karena mungkin memang bukan kesalahan kita atau mungkin karena murni missed. Sudah tentu atasan atau pimpinan tidak mau tahu alasan apa pun dibalik sebuah kesalahan. Salah ya tetap salah, mau diapain juga gak bisa merubah keadaan.

Tapi itulah risiko pekerjaan. Rasa-rasanya tidak ada pekerjaan yang tanpa risiko.

Seorang compliance officer seperti saya, risiko pekerjaannya adalah bersedia menanggung denda akibat terlambat submit laporan atau gagal memagari aktivitas perusahaan sesuai aturan-aturan dari SRO dan OJK. Seorang direktur risiko pekerjaannya adalah bersedia menanggung apa pun itu segala bentuk pertanggung jawaban kepada regulator dan pemegang saham apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap praktik usahanya. Bahkan seorang office boy pun punya risiko atas pekerjaannya, yaitu bersedia bertanggung jawab atas kehilangan gelas atau piring milik salah satu karyawan.

Tapi apa yang bisa dilakukan dengan risiko pekerjaan atau jabatan ini?

Sekilas saya teringat akan konsep manajemen risiko yang setelah dipikir-pikir boleh juga diterapkan untuk meminimalisir dampat atas kelalaian kita dalam pekerjaan.

1. Skenario “Bagaimana jika..”

Mari coba mulai dibayang-bayangkan atau dipikir-pikir: bagaimana jika … (aktivitas pekerjaan) tidak berjalan dengan baik. Misal, bagaimana jika saya terlambat menyampaikan laporan, bagaimana jika saya menghilangkan gelas karyawan, dsb.

Pikirkan semua kemungkinan bagaimana jika pekerjaan anda tidak berjalan dengan semestinya, atau anda salah melakukan pekerjaan tersebut.

Aktivitas ini akan sangat membantu internalisasi pekerjaan yang kita lakukan, kita akan semakin paham apa-apa saja dari pekerjaan kita yang ternyata bisa salah sekaligus mulai memunculkan ide cara-cara untuk mengatasi kesalahan tersebut.

2. Pahami “Dampak dan Kemungkinan”

Setelah memiliki daftar dari bagaimana jika sesuatu tidak berjalan dengan baik di pekerjaan kita maka selanjutnya anda dapat memulai  berandai-andai apa dampak atas peristiwa tersebut dan bagaimana kemungkinan terjadinya.

Misalnya: Kejadian terlambat pengiriman laporan. Dampak: Besar (200rb – 1jt/ hari). Kemungkinan: Sedang

Dari semua list daftar kejadian yang telah ditentukan dampak dan kemungkinannya akan membuat anda menjadi lebih mudah untuk menganalisis pekerjaan pekerjaan apa yang perlu diperhatikan agar meminimalisir kemungkinan salah/gagal.

3. Urutkan dan Fokus

Dari poin nomor 2, anda akan menemukan daftar atas segala risiko-risiko pekerjaan anda. Urutkan sesuai seberapa penting, mungkin terjadi dan berdampak besar atas risiko gagalnya pekerjaan Anda.

Ini akan membantu anda dalam memprioritaskan jenis pekerjaan yang perlu anda fokuskan dan selesaikan.

4. Tau Nilai Anda

Akhirnya anda sendiri lah yang paling mengetahui bidang pekerjaan anda. Jika faktanya pekerjaan anda memiliki banyak risiko dengan nilai dampak yang cukup besar dan kemungkinan terjadinya juga besar, maka anda perlu duduk sejenak untuk memikirkan kompensasi atas risiko yang harus anda tanggung.

Itu benar, tidak bijaksana melakukan pekerjaan yang anda tau berisiko tapi tidak sesuai dengan kompensasinya.

Jadi jika risiko pekerjaan anda lebih besar dibandingkan slip gaji, anda mungkin sebaiknya mulai ancang-ancang nego gaji dengan atasan anda.

Tinggalkan Balasan