Utang-Cara Efektif Mengukur Kepribadian?

“Halo bro, apa kabar nih? Ini Mawar”

Ketika ada teman lama atau kolega yang entah ada angin apa tiba-tiba mengirimkan chat atau pesan pasti langsung menimbulkan pertanyaan.

Kok si Mawar tiba-tiba nge-chat ya? Tumben nih?

Pasti pernah lah kita menerima chat, DM, atau telepon dari seseorang teman lama yang sudah lama tidak saling komunikasi.

Lebih-lebih lagi kalau ada temannya temannya si Mawar yang tiba-tiba chat, kenal dekat juga gak, gak pernah ketemuan juga padahal.

Kebanyakan kasus, menurut pengalaman saya adalah tentang uang.

Paling sering dengan alasan untuk biaya berobat anggota keluarga yang sedang sakit. Dan ini banyak sekali.

Biasanya soal ini saya gak bisa nolak. Terlepas dari alasannya memang beneran atau menggada-ada, biasanya saya luluh juga. Bilangnya nanti setelah gajian dibayar.

Ketika memutuskan untuk memberi pinjaman ke teman tadi yang alasannya untuk berobat, saya selalu membatasi jumlah yang saya berikan. Misal mereka perlu 1 juta, yang saya berikan hanya 300 ribu.

Alasannya sederhana yaitu, pertama karena memang pada dasarnya saya gak memiliki uang sebanyak itu. Kedua, berdasarkan pengalaman, saya perlu membatasi “kerugian” saya.

Kenapa disebut kerugian? Karena kebanyakan kasus, janji untuk dibayar setelah gajian tidak pernah dipenuhi.

Saya pun tidak pernah menuntut untuk dilunasin, karena memang dari awal memutuskan untuk meminjamkan uang tersebut anggapannya itu uang ilang, gak dibalikin juga gak apa-apa.

Utang yang tidak kunjung dibayar itu untuk saya adalah ukuran kepribadian seseorang. No offense ya.

Jadi, pengen tau kepribadian orang? Pinjami mereka uang.

Emang paling bener sih seperti apa yang dikatakan oleh Charlie Munger:

“When you borrow a man’s car, always return it with a tank of gas” – Charlie Munger

Tinggalkan Balasan