Kemarin ada teman kerja di kantor menghampiri meja saya.
Sambil menununjukan salah satu aplikasi online trading yang ada di HP-nya dia bertanya pendapat saya, apakah dia harus menjual saham yang beberapa waktu dibelinya? Lalu di harga berapa?
Sedikit kaget. Kok nanya ke saya ya? Padahal kan yang beli dia sendiri, bukan saya ya.
Alasannya karena saya dianggap orang pintar yang ngerti tentang dunia per-saham-an.
Terima kasih loh.
Padahal saya cuma seorang staf bagian kepatuhan (compliance) yang mengurus hal-hal seputar laporan dan laporan ke OJK dan SRO di perusahaan tempat kami bekerja. Karena di bayangan saya, orang pintar yang seharusnya bisa memberikan nasehat investasi mengenai saham apa yang harus dibeli dan lain sebagaimana adalah orang-orang dari divisi research analyst yang memang kerjaannya adalah menganalisa saham dan pergerakannya.
Saya sempat bertanya kepada teman saya tadi, apa pertimbangannya waktu itu sebelum membeli saham yang dia ingin mintai pendapat saya untuk dijual. Menurutnya karena ada rumor bahwa pada akhir bulan April 2022, harga saham itu akan naik.
Saya pribadi sangat tidak percaya soal rumor yang beredar di pasar modal, seperti harga saham akan naik pada periode “X” hingga menyentuh harga “Y” dan lain sebagaimana. Alasannya simple, karena memang itu rumor alias tidak ada yang menjamin kebenaran rumor itu. Jadi saya paling anti membeli saham karena cuma karena rumor dan lain-lain.
Karena saya tak mau saran saya langsung diikuti dan ditelan mentah-mentah, saya mencoba menggiring dia dengan pertanyaan. Saya bertanya 2 pertanyaan kepadanya. Pertama, apakah posisi sekarang untung, rugi, atau break even? Kedua, apakah menurut dia pribadi ini adalah waktu yang tepat untuk menjual, terlepas apakah untung/rugi?
Pertama, posisinya untung (+0,53%) dibanding harga belinya beberapa waktu yang lalu. Kedua, dia sangat yakin kalau dia harus menjual sahamnya sekarang, karena menurut dia rumor yang dia dengar itu salah, bahwa sampai hari terakhir perdagangan di bulan April 2022 harga sahamnya belum berubah banyak. Dia beralasan dengan hasil penjualasan sahamnya yang tadi dia nantinya bisa memilih saham lain yang dirasa prospek kenaikan harganya lebih besar.
Mendengar hal itu saya cuma bisa katakan, ya kalau sudah yakin untuk jual ya silahkan dijual.
Kemudian saya membantunya untuk input harga terbaik (best price) agar langsung matched.
Sambil menunggu status orderannya, saya iseng mengatakan bahwa pasar modal itu entah kenapa penuh misteri. Ada saatnya kita menunggu lama harga saham untuk naik, malah tidak naik juga. Justru kadang setelah kita jual sahamnya malah harganya naik gila-gilaan.
Eh, bener dong. Selang beberapa waktu setelah orderannya matched, tiba-tiba saja harga sahamnya loncat +15%!
Itulah salah satu misteri di pasar modal. Hampir tidak ada penjelasan logis untuk fenomena ini. Saya banyak kali mengalaminya.
Mungkin teman saya bisa saja kaget, kok bisa ya?
Kasus seperti ini sangat bisa terjadi, itulah pasar modal, penuh misteri.
Sehingga belajar dari pengalaman teman saya ini dengan mistisnya dunia pasar modal, ada saran “orang pinter” dari saya untuk yang baru terjun investasi di pasar modal.
Pertama, tidak ada yang bisa dengan mudah memprediksi harga saham akan naik atau turun, besok atau minggu depan atau bulan depan. Sehingga penting untuk memiliki jangka waktu yang panjang, umumnya 3-5 tahun.
Kedua, harus punya pertimbangan pribadi kenapa saya membeli saham “X” atau “Y”, apa dasarnya? Karena kalau hanya berdasarkan rumor tanpa alasan yang kuat, tanpa adanya data pasti bisa dipastikan tidur pun tidak tenang karena akan selalu kepikiran.
Ketiga, penting untuk memiliki target. Target bisa jadi dari sisi waktu atau pun presentase keuntungan/kerugian yang bisa diterima. Sehingga ketika suatu saham mengalami kenaikan X% misalnya yang telah mencapai atau melewati target, maka harus disiplin untuk menjual.
Jadi kira-kira itulah 3 mantra dari saya, si orang pinter untuk Anda agar terbebas dari hal-hal mistis di pasar modal.