You are currently viewing Ketika Pesona IPO Tak Secantik Dulu

Ketika Pesona IPO Tak Secantik Dulu

Initial Public Offering atau IPO adalah ketika sebuah bisnis atau perusahaan memutuskan untuk menjual ke publik atau masyarakat sebagian kepemilikannya (ownership) atas perusahaan tersebut adalam bentuk saham.

Motif utama sebuah bisnis menjual saham adalah demi memenuhi kebutuhan pendanaan, istilah lainnya butuh modal, suntikan dana, atau dana segar. Buat apa? Kebanyakan untuk ekspansi atau untuk membayar utang lebih awal, untuk meringankan beban utang perusahaan tersebut.

Menurut literatur, katanya untuk kebutuhan pendanaan ini sebenarnya bisa didapat dengan 2 cara, yaitu mencari utang/pinjaman biasanya dari bank atau menjual kepemilikan atau saham ke investor. Tujuannya sama yaitu fresh money.

Namun dari 2 cara pendanaan itu semuanya itu ada cost atau biaya yang perlu dipertimbangkan.

Cara pertama, pinjaman dari bank. Biayanya adalah bunga pinjaman yang biasanya diperlukan juga jaminan berupa aset yang dijaminkan ke bank. Sedangkan cara kedua, menjual kepemilikan atau saham ke investor, biayanya adalah bagi hasil keuntungan atau deviden yang sifatnya pun opsional, artinya bisa dibagi atau tidak, tergantung keputusan RUPS dan kinerja perusahaan.

Itu sekilas soal IPO sekarang kita masuk ke topik, mengapa IPO tak secantik dulu?

Untuk orang-orang yang lama berkecimpung di pasar modal, IPO adalah momen yang ditunggu-tunggu.

Karena ketika saham perusahaan yang di-IPO-kan pertama kali melantai di bursa atau mulai diperdagangkan di bursa efek, harga sahamnya bisa langsung melonjak puluhan persen, dan bahkan bisa terjadi sampai 4-5 hari. Sehingga katakanlah maksimal kenaikan harga saham itu per harinya 25%, jadi dengan membeli saham IPO dalam 5 hari keuntungan bisa mencapai 125%!

Dan memang secara statistik semua saham IPO itu harganya naik hingga berhari-hari.

Itulah mengapa dulu banyak orang yang rela mengantri subuh-subuh, berjam-jam, sampai rela gadai rumah mobil dan sebagainya untuk dapat membeli saham IPO.

Tapi itu dulu.

Sekarang fenomena cantiknya saham IPO tak semolek dulu.

Setahun terakhir jika diperhatikan, mungkin secara rata-rata menurut saya, kenaikan harga saham-saham IPO hanya bertahan beberapa jam, paling lama 1 hari sebelum harganya terjun.

Mengapa demikian? Pendapat saya:

Pertama, akses ke saham IPO yang lebih luas dan mudah. Dengan diluncurkannya E-IPO oleh Bursa Efek Indonesia, semakin banyak orang yang dapat membeli saham-saham IPO dan semakin mudah prosesnya. Kalo dulu pembeliannya hanya boleh di kantor-kantor sekuritas atau biro administrasi efek yang lokasinya kebanyakan di Jakarta, sekarang dengan mudah orang-orang membeli saham IPO secara online, dan prosesnya pun gak ribet.

Sehingga semakin ramainya orang yang dapat membeli saham IPO, megarahkan ke alasan kedua kenapa IPO tak secantik dulu.

Kedua, yang penting untung. Siapa yang tak happy ketika melihat sahamnya naik 25% beberapa detik setelah jam perdagangan dibuka? Pemain-pemain baru ini saya sangka adalah investor ritel baru yang karena euforia melihat saham naik 25% buru-buru langsung dijual, yang penting sudah untung. Dan investor ritel ini punya power yang sangat luar biasa sehingga bandar pun mungkin tak mampu menjaga harga saham naik saking masifnya aksi jual investor ritel.

Mindset pemain lama adalah tahan sampai beberapa hari agar untung maksimal, sedangkan pemain baru langsung jual yang penting untung.

Well, tidak ada yang salah dengan ini, toh keputusan investasi, untung rugi dirasa sendiri bukan.

Inilah fenomena baru IPO. Selamat datang.

Tinggalkan Balasan