You are currently viewing 7 Tahun Di Pasar Modal Dapat Apa?

7 Tahun Di Pasar Modal Dapat Apa?

Ah curhat dulu dong boleh ya.

Pertama bagi yang mungkin belum terlalu familiar apa itu pasar modal, singkatnya adalah industri yang pekerjaannya seputar saham. Mulai dari jual/beli saham, efek, obligasi, investasi, reksa dana, online trading dan lain-lain.

Ceritanya awal mula masuk ke pasar modal itu ketika saya baru lulus kuliah di tahun 2014.

Kebetulan waktu itu major-nya soal Manajemen Keuangan, jadi ngebet banget setelah lulus langsung mau cari kerja di dunia pasar modal.

Karir pertama di pasar modal sebagai Research Analyst untuk divisi online trading di salah satu sekuritas di daerah Jakarta Selatan.

Kerjaan research analyst ngapaian aja? Intinya kita provide data dan rekomendasi ke nasabah kira-kira bagamaina keadaan market di hari itu dan rekomendasi saham-saham apa saja yang kira-kira layak dibeli oleh si nasabah.

Dari yang awalnya malas baca koran, sampai akhirnya kalo belum baca koran rasanya kurang. Karena apa? Karena si research analyst itu harus tetap up to date soal isu-isu market, trend, sama rumor yang ada di pasar baik soal ekonomi, politik, atau soal aksi korporasi emiten. (Emiten itu perusahaan terbuka, perusahaan yang sahamnya sudah listing atau diperdagangkan di bursa efek)

Banyak hal yang dipelajari dari karir pertama selain di kerjaan utama tentunya. Misal ikut proyek pengembangan on line trading perusahaan, jadi trainer di sekolah pasar modal (SPM), pembicara di universitas, ngejar pemegang saham untuk ikut delisting, tau  kerjaan broker saham sama back office sekuritas itu ngapain aja, opening account  untuk karyawan sepabrik.

Di tahun-tahun ini juga menyaksikan bagaimana ternyata market itu ternyata sebegitu baperan hingga mengalami koreksi yang cukup lumayan gara-gara isu salah satu capres yang tidak terima hasil perhitungan suara, alhasil banyak harga saham yang jatuh. Hingga market yang berhasil menyentuh titik tertingginya di angka 6500-an gegara program kerja percepatan pembangunan infrastruktur senilai lebih dari 400 triliun oleh presiden kita di awal kepemimpinan.

Pada masa-masa ini juga saya menyadari kalo i’m sucks at trading. Ternyata lebih mudah untuk memberikan rekomendasi ke orang lain daripada melakukannya sendiri. Sempat juga ngerasain beli satu saham di harga 900 lalu jual di 2000 tapi ternyata malah harganya naik sampai 20.000.

Selanjutnya setelah kurang lebih 4 tahun berkecimpung di perusahaan sekuritas sebagai analyst, akhirnya mencoba pindah bekerja di perusahaan aset manajemen atau manajer investasi, masih di industri pasar modal juga.

Awalnya berpikir “ah kan ada sertifikat WMI (Wakil Manajer Investasi) ini, kali aja bisa jadi manajer investasi yang kerjaannya mengelola portofolio efek, kayaknya keren

Anyway, perusahaan aset menajemen itu perusahaan yang berkutat soal reksa dana.

Singkat cerita, dapatlah kerjaan di perusahaan aset manajemen tapi bukan sebagai tim manajer investasinya tapi sebagai branch coordinator, yang tugasnya adalah mengurus dan membereskan segala hal yang urusannya dengan kantor-kantor cabang yang berjumlah hampir 15 kantor cabang.

Tapi sebenarnya special mission di pekerjaan yang baru ini bukan soal administrasi urusan kantor cabang tapi soal tailored made investment yang kita buat secara khusus untuk nasabah-nasabah di semua kantor cabang. Nah ini yang seru.

Karena pekerjaan ini lah saya sedikit tau soal bonds atau surat utang, buy back guarantee, reksa dana, sama istilah sakit gigi-sakit kepala karena saking rumitnya utak atik komposisi portofolio produk tailored made tadi.

Di perusahaan aset manajemen hanya mampu bertahan 2 tahun, lalu akhirnya hengkang lagi ke sekuritas.

Meskipun balik lagi ke sekuritas tapi kali ini bukan lagi sebagai research analyst tapi sebagai bagian kepatuhan.

Bagian kepatuhan itu ngapain?

Well, intinya memastikan bagaimana perusahaan sekuritas ini taat patuh tunduk sama peraturan-peraturan mulai dari OJK, BEI, KSEI, KPEI. Jadi kerjaan hari pertama di kantor baru: baca semua peraturan!

Sampai tulisan ini dibuat saya masih terhitung bekerja sebagai staf di bagian kepatuhan.

Jangan tanya soal kenapa kok jadi kutu loncat ya pindah-pindah, atau kok posisi masih staf padahal udah banyak pengalaman.

Eitss.. gak usah dijawab. Mumpung masih digaji yaudah kerja dong. Situasi lagi kayak gini dapat kerja itu bersyukur banget.

So, balik lagi ke judul “7 Tahun Di Pasar Modal Dapat Apa?”, saya coba ringkas siapa tau mungkin berguna untuk Anda.

1. Pasar modal itu bisa banget bikin orang jadi kaya, yang kaya tambah cepat kaya

Saya menyaksikan sendiri bagaimana seorang investor kawakan, sukses untung besar dari satu saham yang harganya naik 4x lipat hanya dalam waktu 3 bulan.

Dengan hanya membeli sebuah saham modal 5 miliar, 3 bulan kemudian bisa take profit atau ambil untung hingga 20 miliar! Itu hanya terjadi di pasar saham, kenapa?

Katakanlah kita punya uang 5 miliar, lalu kita belilah sebuah rumah di kawasan Pondok Indah Jakarta, setelah dipermak sedikit, ditaksi harga jual rumah 6 miliar. Lalu apakah kita bisa langsung menjual rumah 6 miliar itu dan cepat laku? Berapa banyak orang sih yang mau beli rumah 6 miliar? Kalau pun ada pasti akan memakan waktu yang lama baru bisa laku, dan lagi setelah menunggu lama keuntungan hanya 1 miliar (6 miliar-5 miliar).

Lain cerita di pasar modal. Nilai transaksi harian di pasar modal itu bisa mencapai 15 triliun per hari bahkan lebih.

Jadi ketika memiliki saham atau aset 20 miliar tadi sangat mudah untuk menjualnya, hanya secuil dari 15 triliun.

2. Mau sukses jadi kaya di pasar modal itu emang perlu modal

Saya mengalami sendiri bagaimana saham yang saya beli di harga 900 dalam waktu kurang dari setahun naik hingga 2000, lalu terus terbang hingga ke 20.000.

Dengan hanya modal yang kurang dari 10 juta, tiba-tiba tabungan saya menjadi 22 juta. Naik sekitar 2,2x.

Mungkin angka 22 juta kelihatannya kecil bukan?

Bayangkan Anda kebetulan membeli saham yang sama, dan kebetulan lagi menjual di harga yang sama, tapi bedanya modal awal Anda 500jt.

Kurang dari setahun modal Anda sudah menjadi 1,1 miliar!

Jadi kalo emang mau jadi kaya di pasar modal emang perlu modal pak biar untungya langsung nampol gitu pak!

3. Gak perlu jadi super pintar untuk bisa sukses di pasar modal, yang perlu itu cuma bisa jaga emosi sama memang modal kudu gede

Itu benar.

Gak perlu jadi profesor atau manusia super pintar untuk bisa kaya raya makmur dari pasar modal. Pertama cukup punya modal, lalu kedua bisa jaga emosi.

Kenapa gak perlu pinter? Karena pergerakan market di pasar modal itu siklus. Sudah pasti naik, dan sudah pasti turun. Dalam kebanyakan kasus yang pepatah bilang history repeat itself memang betul terjadi di sini.

Akan ada waktu ketika Anda ragu apakah harga saham yang beli itu sudah kemahalan atau belum? Udah saatnya jual atau belum? Ah tunggu deh besok pasti naik..terus jleb.

Jika Anda sudah mampu menguasai emosi Anda dalam keadaan seperti itu maka selamat Anda selamat, namun kebanyakan orang susah untuk mengendalikan diri nya ketika harga saham sudah naik tinggi, atau sebaliknya turun.

Lebih baik Anda memiliki strategi, berapa harus jual dan berapa harus beli. Lalu komit dengan strategi itu.

4. Pasti kaya jika sabar

Pasar modal itu memiliki siklus, pasti naik dan pasti turun.

Ketika turun itu adalah waktu yang tepat untuk masuk. Tapi pertanyaan selanjutnya? Kapan turun? Lalu kapan naik?

Tidak ada yang tahu.

Menunggu adalah strategi terbaik. Siapkan cash sebanyak-banyaknya. Karena ketia waktu nya tiba, cash is always the king.

Kehilangan opportunity cost karena pegang cash?

Anda bisa mengalokasikannya di reksa dana dahulu, reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap menurut saya adalah pilihan terbaik.

Dan ketika market turun, saham banyak yang diskon, pukul keras, masuk. It’s time to buy.

Jadi ingat yang Warren Buffet pernah ngomong, “be greedy when others are fearfull and be fearfull when others are greedy”

5. The risk is worth the reward

Pasar modal itu tempat untuk orang-orang yang berani ambil risiko, karena hasilnya memang sepadan.

Itulah sebabnya di tulisan-tulisan atau buku-buku disebut saham adalah aset yang paling berisiko. Karena kita tidak tau kapan harga saham akan naik, atau turun. Penuh ketidak pastian

Itulah sebabnya ada saham yang bisa turun puluhan persen, ada yang bisa naik berkali-kali lipat.

 

Well, kira-kira itu hasil meditasi saya kurang lebih 7 tahun. Setuju boleh, tidak setuju juga tidak apa-apa. Sekian.

Saya balik ke Netflix dulu.

“First is too many, then is too little”

 

 

 

Tinggalkan Balasan