Siapa sangka tim bola basket yang rata-rata tinggi pemainnya itu hanya 174cm bisa mengalahkan tim raksasa Eropa yang rata-rata tinggi pemainnya lebih dari 185cm?
Dalam permainan bola basket lazimnya tim dengan komposisi pemain yang tingginya jauh melebihi tinggi pemain lawan punya kans untuk menang lebih besar.
Itu sudah semacam pakemnya.
Namun menarik apa yang dialami oleh tim putri Jepang dalam ajang kompetisi FIBA 3×3 Olympic Qualifier yang berhasil menyingkirkan tim raksasa Spanyol dari tiket menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Seolah-olah pakem tadi tidak berpengaruh bagi tim “mini” Jepang untuk lolos melaju ke Olimpiade di negaranya.
Tim putri Jepang berhasil mencatatkan 6 menang, 1 kalah dari total pertandingan 3×3.
Berikut ringkasannya
Jap vs Aus (W)
Iran vs Jap (W)
Jap vs Ukr (W)
Thai vs Jap (W)
Jap vs Swtz (W)
Jap vs Fra (L)
Spa vs Jap (W)
Bagi Anda yang sempat menonton cuplikan pertandingannya di Youtube pasti sependapat dengan saya bahwa tim putri Jepang patut diberikan acungan jempol.
Apalagi ketika Jepang bertemu dengan Spanyol, serunya bukan main.
Terlepas dari faktor hoki atau apa pun itu, di tengah bayangan pemain-pemain Eropa yang emang tinggi-tinggi Jepang berhasil memainkan strategi dan taktiknya dengan pas.
Menurut pandangan saya dari apa yang terjadi di lapangan basket ini beberapa hal yang dapat dipelajari adalah:
Kekurangan Bukan Halangan
Mai Yamamoto hanya memiliki tinggi 165cm namun berhasil membuat defender nya kewalahan. Tembakan 3 angkanya yang akurat serta passing dan kecepatanya berhasil membantu teman-temanya untuk mencetak poin bagi Jepang.
Penting sekali untuk “berteman” dengan kekurangan kita. Membandingkan apa yang dimiliki oleh orang lain dengan apa yang kita punya tidak akan membuat kita memiliki itu. Menerima diri apa adanya tidak berarti juga tidak mengembangkan diri.
Sadari bahwa ada hal-hal tertentu yang memang kita bawa sedari lahir misal keadaan fisik, kemampuan kognitif, dan hal-hal lain itu given. Tugas kita selanjutnya adalah mencari keunikan dari kekurangan dan dengan kreatif mengembangkannya.
Gunakan Yang Kita Miliki Untuk Maju
Untung saja dalam bola basket tidak ada aturan bahwa yang bisa menjadi atlet adalah manusia dengan tinggi badan tertentu. Jika ada maka menurut saya olah raga ini tidak lagi menarik.
Justru yang menarik adalah ketika pemain-pemain dengan tinggi yang bervariasi memainkan perannya dalam permainan. Yang tinggi meloncat, yang kurus melempar dengan akurat, yang kecil gesit mengecoh lawan.
Memang paling gampang itu membuat alasan ato excuse.
“Ah dia kan emang dasarnya pinter bla..bla..”
“Wajar aja, orang tuanya kan bla..bla..”
Iya, emang buat excuse itu nikmat banget, parah.
Excuse menghasilkan iri, iri menghasilkan benci. Benci kepada orang lain yang memang lebih dan benci kepada diri sendiri.
Untuk maju, sebenarnya yang kita semua perlukan itu paling utamanya ya diri kita sendiri, dengan apa yang kita punya saat ini.
Karena apa yang kita rasakan saat ini, apa yang kita punya, apa yang kita ketahui, semuanya adalah hasil keputusan kita sendiri.
Mai Yamamoto tau kalo dia diadu loncat dengan pemain Eropa, dirinya pasti kalah karena tingginya hanya 165cm. Tapi dalam permainan basket pemenang bukanlah lompatan yang paling tinggi, tapi yang berhasil mencetak poin terbanyak.
Tapi dalam permainan basket pemenang bukanlah lompatan yang paling tinggi, tapi yang berhasil mencetak poin terbanyak.
Semoga.