Self Reminder: Ketakutan

Takut itu wajar.

Takut muncul ketika tidak siap menerima hasil/outcome dari yang diharapkan.

Takut bertanya karena khawatir pertanyaan kita terdengar bodoh. Takut mencoba karena khawatir akan gagal. Takut tampil beda karena khawatir akan jadi bahan perbincangan/ocehan orang.

Tapi, level toleransi ketakutan sangat besar pengaruhnya dari lingkungan tempat kita tumbuh dan hidup.

Ketika berasal dari lingkungan yang “serba takut”, ada kecenderungan ikut terpengaruh. Apa-apa serba takut. Sebaliknya di lingkungan yang mendukung untuk “memerangi ketakutan”, mereka lebih berani dan mampu mengontrol ketakutannya.

Tapi satu hal yang pasti. Mereka yang berani mengatasi ketakutan adalah pemenangnya.

Disebut pemenang dapat dilihat dari 2 hal, pertama mampu melawan apa yang dipikir tidak bisa, kedua dengan mengatasi ketakutan artinya secara alamiah membiarkan setiap sel-sel di kehidupan kita mengalami atau menikmati setiap peristiwa atau kejadian yang sama sekali belum pernah dialami. Di mana hal ini akan membuat kita semakin tangguh.

Dan memang pada dasarnya untuk bisa berkembang, manusia itu harus melewati rasa takut. Ingat proses evolusi. Untuk bisa berkembang, sebuah objek perlu memutuskan bahwa dia tidak bisa lagi hidup dengan keadaan saat ini. Pilihannya, berani melawan ketakutan (berubah) atau mati.

Jadi itu rumusnya. Untuk bisa maju, harus mampu mengalahkan rasa takut.

Namun, kenyataannya memang tidak ada jaminan bahwa setelah memutuskan untuk mengalahkan ketakutan tadi kemudian keadaan akan berpihak kepada kita.

Mari lupakan sejenak soal kemungkinan-kemungkinan itu, karena pasti hanya ada 2 outcome: berhasil atau tidak. Namun dibalik itu bersyukurlah karena kita mendapatkan kesempatan untuk belajar.

“I’d rather attempt to do something great and fail than to attempt to do nothing and succeed” – Robert H. Schuller

Tinggalkan Balasan