Mimpi Buruk Pensiun Nyaman Di Balik Polis Asuransi

Kedua orang tua saya termasuk pemegang polis korban AJB Bumiputera.

Bekerja bertahun-tahun, berbulan-bulan membayar premi tanpa telat dengan harapan masa pensiun nyaman, ujung-ujung kecewa karena AJB Bumiputera terlilit masalah.

Klaim nasabah pemegang polis berpotensi gagal dibayar.

Kecewa, gondok, marah, sakit hati sudah pasti. Tapi kita bisa apa?

Banyak kasus lain selain AJB Bumiputera yang berujung gagal bayar, sebut saja Jiwasraya, Kresna Life, Wanaartha Life, dsb. Dikutip dari situs kompas.com, ada setidaknya 11 perusahaan yang sedang diusut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan total potensi gagal klaim mencapai puluhan triliun.

Dari kasus ini muncul pertanyaan, apakah masih percaya pensiun nyaman dengan mengandalkan asuransi? Alih-alih mengandalkan asuransi kanapa gak kita sendiri yang mengatur dana pensiun kita?

Kalau alasan orang menggunakan asuransi agar dapat dikelola secara profesional, sebenarnya dengan membeli produk reksa dana juga bisa menjadi solusi. Kenapa? Karena produk reksa dana juga secara profesional dikelola oleh Manajer Investasi. Malah sangat jarang terdengar kabar kasus gagal pencairan (redemption) reksa dana.

Ketika ada orang lain atau pihak yang mengurus dana pensiun kita, tentunya perlu biaya, dalam hal ini jika memilih lembaga dana pensiun atau produk reksa dana, ada biaya yang perlu dibayar, yaitu manajemen fee. Tentunya diluar biaya lain-lain seperti biaya pembelian atau penjualan.

Pilihan lain yaitu dengan mengurus dana pensiun kita sendiri. Yang paling mudah yaitu dengan menabung saham. Memang saham dikenal sebagai instrumen yang paling berisiko, namun secara jangka panjang nabung dana pensiun di saham menurut saya sangat mudah dan menguntungkan secara jangka panjang.

Bekerja di industri pasar modal seakan-akan membuka mata saya bahwa memang instrumen yang paling tepat adalah saham. Histori menunjukan bahwa instrumen ini sangat menjanjikan untuk kita memiliki masa depan pensiun yang sangat nyaman. Market mungkin bergerak naik-turun, namun market begitu cepat dan hampir pasti akan rebound.

Hanya di saham kita bisa menemukan return >15% per tahun. Jadi andai kata kita hitung tabungan pensiun kita itu Rp5 juta tiap bulan, dan ditabung atau dibelikan saham rutin selama 15 tahun,  maka saat masa pensiun tiba nilai investasi dana pensiun kita sudah menjadi Rp1,3M.

Saya pribadi sih lebih pilih nabung saham ya.

 

 

 

Tinggalkan Balasan