“Kenapa si-A gampang banget ya bergaul dengan orang baru?”
“Si-B kok bisa ya jadi pusat perhatian?”
“Kok semua pada ketawa ya, apa ada yang lucu?”
“Kenapa mereka suka banget nongkrong ya?”
Kepala orang introvert itu mulai diisi dengan banyak pertanyaan ketika dia berada di acara sosial.
Kira-kira begitulah orang introvert berpikir, pertanyaan demi pertanyaan.
Di buku yang belum sempat selesai dibaca, berjudul QUIET karya Susan Cain disebutkan bahwa dunia/sistem seakan-akan secara alami dibuat bukan untuk orang introvert, tapi untuk orang ekstrovert.
Mereka yang memiliki suara yang paling lantang, akan didengar.
Yang populer, akan lebih dihormati.
Yang sering tampil, akan dianggap luar biasa.
Semua atribut di atas dimiliki oleh orang ekstrovert dan pasti mustahil dimiliki oleh introvert. Ekstrovert suka dengan aktivitas sosial: tampil, bertemu dengan orang, bersosialisasi. Sedangkan introvert sebaliknya; menyendiri, sehingga tidak sering orang-orang introvert ini dianggap aneh, atau juga disebut dengan istilah “ansos” atau anti sosial.
Kenyataannya memang sudah seperti itu. Orang introvert secara alami tidak memiliki keahlian sosial untuk mudah untuk bergaul atau bersosialisasi. Alih-alih bersosialisasi atau nongkrong mereka lebih memilih untuk asik dengan dunia mereka sendiri, seperti membaca, menulis, dan kegiatan lain yang minim interaksi dengan orang lain.
Sebagai orang introvert saya mengakuinya. Kita lebih suka untuk terhanyut dengan kesibukan kita sendiri daripada harus bertemu, bercengkrama dengan orang banyak.
Tapi menarik untuk mencari fakta bahwa orang introvert pun bisa untuk didengar, dihormati, atau dianggap luar biasa ditengah-tengah sistem yang menomorsatukan orang ekstrovert.
Mahatma Gandhi. Introvert. Menjadi tokoh yang dikenal oleh seluruh dunia lewat gerakannya memerdekakan India dari penjajahan Inggris.
J.K Rowling. Introvert. Menjadi tokoh dibalik lahirnya Harry Potter.
Steve Wozniak. Introvert. Cofounder Apple. Sering dianggap aneh karena terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk membaca buku tentang coding dan betah berjam-jam mengerjakan proyeknya sendirian.
Mohammad Hatta. Introvert. Sang Proklamator. Bersama Soekarno memainkan peran yang sangat penting dalam kemerdekaan Indonesia.
Orang-orang introvert memainkan peran untuk berkarya atau berkontribusi dengan cara mereka sendiri. Mereka senang untuk bekerja sendiri. Sebuah studi menunjukkan bahwa “kesendirian” meningkatkan kreatifitas dan inovasi. Oleh karenanya orang introvert itu kreatif.
Namun memang pada akhirnya orang-orang introvert harus berusaha untuk “menjadi lebih sedikit ektrovert” agar bisa fit in dengan sistem yang ada; kalo gak berani maju gak dikenal, kalo gak berani bicara gak didengar.
Bagaimana caranya? Fake it. Fake it, until you make it.
Tidak suka berbicara di depan panggung? Fake it.
Sering canggung ketika bersosialisasi? Fake it.
Harus terlihat aktif di diskusi kelompok? Fake it.
Saya yakin orang-orang introvert tak perlu diberi tahun caranya bagaimana untuk meg-fake it-kan itu semua, karena mereka pasti akan menemukan jawaban mereka sendiri.
Itulah cara agar orang introvert dapat bertahan di tengah-tengah sistem yang pro ekstrovert.