Sebenarnya saya tertarik membeli buku ini karena, pertama warna sampulnya yang eye catching dengan warna orange terang menyala dan kedua jelas karena judulnya yang sangat menarik perhatian. Mungkin karena ada kata “Fu*k” pada bagian judul, kata yang kita semua tau artinya apa.
Buku “The Subtle Art of Not Giving A Fu*K” ditulis oleh Mark Manson, yang seperti dijelaskan di bagian akhir buku ini dia adalah seorang penulis blog (blogger) terkenal di Amerika sana.
Versi yang saya baca adalah versi terjemahan dalam bahasa Indonesia yang berjudul “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” yang diterbitkan oleh Garansido dan berjumlah sekitar 240an halaman.
Jika dugaan saya benar, buku ini tentang topik pengembangan diri dan motivasi.
Di awal bagian ibuku ni diceritakan tentang kisah seorang yang bernama Charles Bukowski, seorang pecandu alkohol, pejudi, tukang main perempuan, tukang utang, dan label-label buruk lain yang mungkin bisa disematkan oleh masyarakat kepada orang ini. Dikisahkan bahwa Charles bercita-cita menjadi seorang penulis. Tidak ada tahun dia lewatkan tanpa mengirimkan karya tulisnya kepada penerbit-penerbit namun hasilnya selalu ditolak, ditolak. Untuk menghidupi kehidupannya akibat menjadi penulis yang gagal, dia bekerja sebagai karyawan di kantor pos.
Charles ini bukanlah tipe orang “baik”, dia pencandu, pejudi, dan lain-lain. Intinya bukan orang baik atau jauh dari cita-cita masyarakat bahwa orang seperti dia ini bakal berhasil dalam kehidupan. Namun cita-citanya mungkin begitu kuat sehingga meskipun tahun demi tahun karya tulisnya ditolah oleh penerbit, dia tetap mencoba untuk mewujudkan cita-citanya.
Tiga puluh tahun berjalan tanpa arti; penolakan, gagal, alkohol, narkoba, judi, dan pelacuran.
Kemudian ketika Charles berusia 50 tahun setelah melalui serangkaian kegagalan plus dengan gaya hidupnya yang khas itu, ada satu penerbit yang menaruh minat pada karya tulisnya.
Si penerbit tidak memberikan jaminan bahwa Charles akan sukses dengan karya tulisnya, namun penerbit tersebut memberikan kesempatan kepada Charles, jika dia setuju mereka ingin Charles menuliskan untuk mereka sebuah novel dalam waktu 3 minggu. Lalu ditulis Charles menjawab ini “Saya hanya bisa memilih satu dari dua pilihan-tetap bekerja di kantor pos dan bakalan sinting…atau tetap di luar sini, menjadi penulis, dan kelaparan. Saya lebih memilih kelaparan saja”
“Saya hanya bisa memilih satu dari dua pilihan-tetap bekerja di kantor pos dan bakalan sinting…atau tetap di luar sini, menjadi penulis, dan kelaparan. Saya lebih memilih kelaparan saja”
Singkat cerita dari peristiwa itu hidup Charles berubah drastis, tidak tidak lagi harus bekerja di kantor pos, tidak lagi kelaparan. Kehidupannya menjadi lebih sejahtera tentunya, uang banyak, harta melimpah.
Namun setelah kehidupan yang lebih makmur itu ada 2 hal yang tidak berubah dari Charles. Dia tetap terus menulis dan tetap dengan kebiasaan lamanya, alkohol, narkoba, dan semua kebiasaan lamanya.
Kurang lebih kisah ini yang menjadi rangkuman dari seluruh buku ini yaitu berani untuk bertindak bodo amat. Bukan tentang orang yang sudah berhasil hidupnya pun harus menjadi baik, dalam kasus Charles berhenti minum, berhenti judi, dan norma-norma positif lain yang dituntut dari masyarakat dari seorang yang sukses.
Bodo amat artinya memandang tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil tindakan. Bodo amat bukan berarti acuh tak acuh; tapi bodo amat berarti nyaman saat menjadi berbeda.
Kita dikatakan bisa bersikap bodo amat secara penuh jika merasa tidak ada yang spesial dengan kita; kita bukan orang pintar, bukan dari keluarga kaya, tidak punya koneksi, dan lain sebagainya. Mengapa demikian? Karena jika kita merasa spesial kita cenderung menimbang terlalu banyak yang akhirnya tidak melakukan apa-apa.
Sedangkan di akhir buku ini bagian yang paling menohok yaitu soal kematian. Bahwa pada akhirnya manusia akan mati, oleh karena itu apa gunanya meratapi atau memikirkan kematian sementara kita begitu takut untuk hidup? Hidup manusia hanya sekali. Hiduplah dengan berani, hiduplah dengan tindakan.
Well, singkat cerita buku ini layak untuk dibaca tapi kok saya agak kurang greget ya baca versi terjemahannya. Agak sulit mencerna isitlah atau gaya bahasa asing ke Indonesia, jadi kurang srek saja. Mungkin sebaiknya Anda membaca buku ini versi bahasa Inggrisnya.