Baru-baru ini saya mencoba menyelesaikan buku Poor Charlie’s Almanack oleh Charlie Munger. Buku yang segelnya sudah saya buka sejak pertengahan tahun lalu tapi belum juga berhasil menyelesaikannya.
Anda mungkin tahu, Charlie Munger adalah partner terbaik dari sosok Warren Buffet, si investor kawakan yang namanya terlanjut dikenal di dunia perinvestasian saham.
Charile Munger menemani Warren Buffet sehingga berhasil memimpin Berkshire Hataway menjadi perusahaan dengan total aset senilai 873 miliar US$ atau setara 12.600 triliun rupiah.
Poor Charlie’s Almanack berisikan soal pemikiran, ide, wejangan dan sedikit kisah perjalanan Charlie Munger bersama Warren Buffet.
Seperti disebut di atas bahwa saya belum berhasil menyelesaikan membaca buku ini tapi ada hal menarik yang saya pikir bisa di share lewat tulisa di blog ini.
Tentang bagaimana orang yang pintar bisa salah.
“Ya kan namanya juga manusia pak, pasti ada salahnya”
Benar tapi daripada langsung melompat ke kesimpulan “namanya juga manusia”, menarik untuk dibahas setidaknya dari sisi ilmiah bagaimana orang pintar bisa salah, dan itu dijelaskan dalam buku ini.
Ternyata ada namanya penelitian yang namanya Milgram Experiment, singkat cerita hasil dari penelitan ini adalah pada umumnya manusia lebih cenderung untuk patuh pada instruksi tertentu, meskipun dengan enggan.
“Manusia lebih cenderung untuk patuh pada instruksi tertentu, meskipun dengan enggan”
Itulah sebabnya menurut Charlie Munger, dalam dunia investasi banyak orang pintar yang terjebak dalam rekomendasi-rekomendasi tentang instrumen investasi apa yang dapat menghasilkan keuntungan yang besar namun kenyataanya justru sebaliknya.
Orang cenderung mengikuti perintah dari seseorang yang memiliki authority, meskipun perintah itu salah atau tampaknya tidak terlalu masuk akal.
Orang-orang yang memiliki authority seperti contoh orang tua, atasan, bos, senior, panutan, sosok yang kita kagumi dan lain sebagainya.
Masih ingat kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi? Pria yang sempat heboh punya kekuatan untuk menggandakan uang di daerah Jawa Timur. Ingat berapa banyak dari korbannya ada yang berprofesi sebagai dosen bahkan profesor?
Dimas Kanjeng menjadi sosok yang punya authority dari para korbannya. Dibilang punya kemampuan super, mereka percaya.
Kurang pintar apa coba seorang profesor.
Saya balik nguli lagi.