You are currently viewing Jangan Lagi Ada Bunuh Diri Karena Saham

Jangan Lagi Ada Bunuh Diri Karena Saham

Kemarin sempat heboh di kanal berita online juga di WA grup, dikabarkan ada kasus seorang pria usia 27 tahun, nekat bunuh diri dengan terjun dari lantai 23 apartemen Ambassador, Jakarta Selatan.

Kabarnya pria tersebut depresi akibat rugi di pasar saham.

Saya turut prihatin setelah mendengar kabar ini.

Memang kebanyakan kasus bunuh diri kalau diperhatikan penyebabnya adalah depresi. Alasannya bermacam-macam, ada yang karena ditinggal orang dicintai, merasa dibohongi, di-bully, dan kebanyakan mungkin diberitakan karena alasan ekonomi, dililit utang atau mengalami kerugian yang cukup besar.

Saham memang merupakan sarana investasi yang tergolong high risk, high return. 

Ada banyak cerita di luar sana tentang bagaimana hebatnya seseorang berhasil melipatgandakan assetnya hinga berkali-kali lipat dengan saham sebagai instrumennya.

Akhir-akhir ini saham memang sedang naik pamor.

Dengan semakin luasnya akses sosial media, informasi tentang betapa cepatnya seseorang bisa jadi kaya gara-gara saham sangat cepat tersebar dan dengan mudah diakses. Sampai akhirnya muncul istilah pompom saham, influencer saham, dll.

Apa ada yang salah dengan fenomena ini? Saya pribadi tidak berani mengatakan bahwa hal ini benar atau salah. Saya hanya ingin kita lebih bijak dan cerdas ketika menemui di sosial media tentang tawaran-tawaran atau pamer-pameran cuan akibat beli saham X atau saham Y. Itu saja.

Mahir dalam berinventasi di saham itu perlu proses. Perlu pendidikan. Perlu wawasan yang luas. Perlu ilmu. Perlu kedewasaan mental dan emosional. Perlu duit.

Kasus depresi akibat saham itu pasti disebabkan 2 hal, rugi dan ngutang-rugi.

Penyebab pertama, rugi. Yang hemat saya adalah rugi yang wajar, kita punya uang dari tabungan 10 juta, investasi saham rugi 25%, sisa uang 7,5 jt.  Masih wajar.

Penyebab kedua, ngutang-rugi. Ini bencana. Bayangkan kita tidak ada tabungan sama sekali, minjam teman 10 juta dengan perjanjian bunga 15% per bulan. Kemudian 10 juta tadi dibeliin saham, lalu kemudian rugi 25%. Bagaimana cara balikin pinjaman teman tadi plus bunga 15% per bulan?

Sebaiknya jangan sampai kita tanpa pengetahuan yang memadai, ujuk-ujuk langsung investasikan uang dalam jumlah besar ke saham apalagi ngutang, hanya dengan harapan bisa menghasilkan 2% konstan per hari selama setahun perdagangan bursa.

Butuh waktu bertahun-tahun, proses yang panjang, pembelajaran, dan disiplin yang tinggi untuk seorang Warren Buffet dijuluki sebagai investor saham kenamaan.

Jangan ada lagi kasus bunuh diri karena saham.

Tinggalkan Balasan